LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
“PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES
TRANSPIRASI “
OLEH
:
UMI FADILAH (110210103034)
Kelas : A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
I. JUDUL : Penguapan
Air melalui Proses Transpirasi
II.
TUJUAN : Untuk
mengetahui proses dan kecepatan penguapan air melalui transpirasi
III. DASAR TEORI
Transpirasi adalah hilangnya uap air
dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak
secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Transpirasi ialah suatu
proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air.
Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui
xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam
proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses
transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar
pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat
itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin
mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi
tumbuh – tumbuhan. ( Lakitan,2012:53 )
.
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun
ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air
yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara
itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus,
yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat.
Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada
air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air
akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas
melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini
menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan
kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak
suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh
daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik
transpirasional. ( Campbell, 2010:203
).
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor
yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan
(jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), (2) Faktor luar (suhu, cahaya,
kelembaban, dan angin)( Salisbury,
1992:64 ) .
Faktor-faktor tanaman yang
mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata. Sebagian besar
transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus
air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika
stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan
penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan
daun, makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun.
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi
akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat
tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan
ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah )
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen(Campbell, 2010:208 ).
Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui
stomata dan lenti sel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun
tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada dalam keadaan turgid dan sedang dan
sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang diperoleh dari dalam
sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi air dan
unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut
memperoleh air dengan cara mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan
dengan air di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh energi yang
diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut (Devlin,1983:97).
Pengurangan ukuran daun dihubungkan dengan pengurangan
kecepatan transpirasi. Tumbuhan dengan daun kecil biasanya mempunyai habitat
kering, pengurangan ukuran daun sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah
total daun pada tumbuhan (Lovelles,1991:215).
Beberapa
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi antara lain:
a. Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat
bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dalam gelap.
b. Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada
suhu lebih tinggi.
c. Kelembaban. Laju transpirasi juga
dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara sekitar tumbuha.
d. Angin. Adanya angin lembut juga meningkatkan
laju transpirasi.
e. Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus
bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh
air segar dari tanah (Kimball ,1990:493).
Pengertian
Transpirasi Tumbuhan daratan yang muda hanya dapat bertahan hidup pada situasi
yang lembab, dan lebih lanjut membutuhkan sebuah pipa menyuplai irigasi air
melalui xilem yang disuplai oleh sistem pengumpul yang efisien yaitu akar.
disebut dengan transpirasi (miring). Arus dari pengaliran air (getah tumbuhan)
sepanjang tanaman sebagai respon terhadap transpirasi disebut aliran
transpirasi. Lebih dari 90% air yang masuk ke tanaman diteruskan dan
dievaporasikan terutama kedalam ruang udara daun diteruskan ke stomata dan
keluar atmosfer. Proses hilangnya uap air dari dalam daun ke atmosfer disebut
transpirasi(Kimball,1990:495).
Epidermis
adalah sistem sel-sel yang bervariasi struktur dan fungsinya, yang menutupi
tubuh tumbuhan. Struktur yang demikian tersebut dapat dihubungkan dengan
peranan jaringan tersebut sebagai lapisan yang berhubungan dengan lingkungan
luar. Adanya bahan lemak, kutin dan kutikula dapat membatasi penguapan, pada
dinding terluar menjadikannnya kompak dan keras, sehingga dapat dianggap
sebagai penyokong mekanis. Di antara sel-sel epidermis terdapat derifatnya
antara lain yang disebut stomata, trikoma, sel kipas, sel silika dan sel gabus(Haryanti,2010:Jurnal).
Stomata
adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis khusus yang
disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang mengelilinginya
disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup sesuai dengan
kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga turut serta
dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel –sel penutup.
Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan yang terdedah ke udara, tetapi lebih
banyak terdapat pada daun (Haryanti,2010:Jurnal).
Distribusi
stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada
daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas
tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang
itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat
penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul
air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh
sudut-sudut sel-sel penutup. Bentuk stomata yang oval lebih memudahkan
mengeluarkan air daripada bentuk bundar. Deretan molekul-molekul air yang lewat
lebih banyak jika keliling perimeter stomata lebih panjang.pengeluaran air yang
maksimal terjadi jika jarak antara stomata-stomata tersebut 20 kali
diameternya. Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan dalam.
Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu,
tekanan udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/ mm2,
adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi
stomata di permukaannya. Sel epidermis yang menjadi sel tetangga tidak
mempunyai klorofil, sedangkan sel penutup stomata mengandung klorofil, fosfat
organik, enzim(Haryanti,2010:Jurnal).
Adapun
berikut ini adalah distribusi stomata pada beberapa tumbuhan monokotil dan
dikotil :
(Haryanti,2010:Jurnal).
IV. METODE PENGEMATAN
4.1 Alat dan Bahan
a.
Alat
-
Gunting tanaaman
-
Ember
-
Gelas ukur 10 ml
-
Timbangan
-
Kertas kuarto
-
Kertas grafik
-
Kaca benda
-
Kaca penutup
-
Rak tabung
-
Mikroskop
b.
Bahan
-
Batang/ranting Bauhinia sp
-
Batang/ranting Bauhinia sp.
-
Minyak kelapa
-
Kuteks bening
4.2 Langkah Kerja
4.3 Hasil Pengamatan
Tumbuhan
|
0’
|
5’
|
10’
|
15’
|
20’
|
25’
|
30’
|
Rata-rata air menguap
|
Laju transpirasi
|
Jumlah stomata
|
Luas daun
|
1.
Bauhinia sp
- Teduh
- Terik
|
7
7
|
7
6,9
|
6,8
6,8
|
6,8
6,5
|
6,8
6,5
|
6,8
6,4
|
6,8
6,4
|
0,06 ml
0,1 ml
|
3x10-5
ml
5x10-5 ml
|
-atas: 12
-bawah:35
-atas:9
-bawah:29
|
69 cm2
39,3 cm2
|
2. Bauhinia
sp.
-Teduh
-Terik
|
7,8
7,3
|
7,6
7,2
|
7,6
7,1
|
7,4
6,9
|
7,35
6,8
|
7
6,7
|
6,95
6,6
|
0,14 ml
0,1 ml
|
7,78x10-5ml
5,56x10-5ml
|
atas: 18
-bawah:24
-atas:8
-bawah:10
|
89,25 cm2
96,25 cm2
|
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum
kali ini, paraktikan melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui laju
transpirasi tumbuhan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam
percobaan ini tumbuhan yang dijadikan pengamatan adalah tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) dan Bauhinia sp. Alasan menggunakan tumbuhan
ini adalah karena kedua tumbuhan tersebut mewakili kelompoknya masing-masing
untuk tumbuhan Bauhinia sp mewakili
kelompok tumbuhan monokotil, sedangkan untuk tumbuhan Bauhinia sp. mewakili kelompok tumbuhan dikotil. Dari kedua tumbuhan
tersebut maka akan dapat diketahui bagaimana tingkat laju traspirasinya. Transpirasi adalah kehilangan air
dalam bentuk uap dari permukaan sel-sel hidup. Hal ini dapat terjadi pada semua
bagian tumbuhan, terutama pada permukaan daun. Transpirasi dari permukaan daun
terutama sekali berlangsung melalui stomata disebut juga transpirasi stomata,
tetapi ada pula yang melalui kutikula ( transpirasi kutikula ).Secara
khusus dalam praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan untuk mengetahui
tingkat pengaruh luas permukaan daun, pengaruh suhu dan jumlah stomata terhadap
laju transpirasi tumbuhan.
Proses
terjadinya transpirasi adalah Proses
transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan
ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam
ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata
terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata
dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan
tersebut akan kehilangan air. Adapun mekanisme transpirasi secara runtut adalah
Air
diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem
mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut
akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion
bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas
melalui arus transportasi.
Pada serangkaian praktikum kali ini terdapat beberapa
perlakuan unik yang dilakukan oleh praktikan. Perlakuan unik tersebut tentunya
memiliki tujuan tertentu yang dapat mendukung didapatkannya data yang tepat.
Perlakuan khusus tersebut antara lain, pada saat memotong batang tumbuhan pacar
air(Impatiens balsamina) dan Bauhinia sp. Praktikan melakukannya
didalam air, hal ini dimaksudkan agar tumbuhan tidak mengalami transpirasi
melalui pangkal batang yang telah dipotong. Kemudian praktikan menambahkan
minyak pada tabung reaksi yang telah diisi air, hal ini dimaksudkan untuk
mencegah penguapan dan memperlambat penguapan yang terjadi oleh air yang ada
didalam tabung reaksi.
Untuk percobaan pertama yaitu dengan menggunakan tumbuhan
pacar air(Impatiens balsamina). Pada
percobaan pengaruh suhu, praktikan memberikan dua macam perlakuan yaitu
meletakkan tumbuhan pacar air(Impatiens
balsamina) pada lingkungan terik dan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan teduh. Berdasarkan hasil
pengamatan, setelah dihitung perubahan volume air setiap 5 menit sekali selama
30 menit maka didapatkan rata-rata volume penguapan air di lingkungan teduh pada interval 5 menit adalah 0,06 ml. Sedangkan,
rata-rata volume penguapan air di lingkungan terik pada interval 5 menit adalah 0,1 ml. Untuk
mendapatkan rata-rata volume air yang menguap maka praktikan menggunakan rumus,
sebagai berikut:
Rata-rata
volume air menguap=∑ selisih waktu
∑waktu
Berdasarkan hasil
rata-rata volume penguapan air pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan terik dan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan
teduh terdapat perbedaan atau selisih hasil. Pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan
terik memiliki rata-rata volume penguapan air yang relatif lebih tinggi pada
interval 5 menit dibandingkan dengan tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan teduh. Hal ini sesuai dengan
dasar teori.
Untuk percobaan kedua yaitu dengan menggunakan tumbuhan Bauhinia sp. Pada percobaan pengaruh
suhu, praktikan memberikan dua macam perlakuan yaitu meletakkan tumbuhan Bauhinia sp. pada lingkungan terik dan Bauhinia sp.) pada lingkungan teduh. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah
dihitung perubahan volume air setiap 5 menit sekali selama 30 menit maka
didapatkan rata-rata volume penguapan air di lingkungan teduh pada interval 5 menit adalah 0,14 ml.
Sedangkan, rata-rata volume penguapan air di lingkungan terik pada interval 5 menit adalah 0,1 ml. Hal ini
tidak sesuai dengan dasar teori. Ketidak sesuain ini dapat disebabkan adanya
kurang teliti dari praktikan dalam mengamati perubahan volume yang terjadi pada
setiap interval 5 menit.
Menurut dasar teori Sinar matahari menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar
berarti juga mempergiat transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi
melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Karena sinar
itu juga mengandung panas (terutama siar infra-merah), maka banyak sinar
berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan
temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma
dan dengan demikian memperbesar transpirasi kenaikan temperatur menambah
tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur itu sudah tentu juga
menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu
tidak didalam ruang yang terbatas maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan
uap yang terkurung di dalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini,
maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Kenaikan suhu dari
180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan
air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor
daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
Berdasarkan
data rata-rata volume air yang menguap setiap interval 5 menit maka dapat
diperoleh nilai laju tranpirasi pada tumbuhan Bauhinia sp
di tempat teduh 3x10-5 sedangkan pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina)pada tempat terik
5x10-5. Sehingga dapat diketahui bahwa laju transpirasi berbanding
lurus dengan rata-rata volume air yang menguap. Jika rata-rata volume air yang
menguap banyak maka laju transpirasinya semakin lambat, sedangkan jika
rata-rata volume air yang menguap sedikit maka laju transpirasinya semakin
cepat. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Selanjutnya nilai laju tranpirasi pada tumbuhan Bauhinia
sp. di tempat teduh 7,78x10-5 sedangkan pada tumbuhan Bauhinia sp.pada tempat terik 5,56x10-5.
Sehingga dapat diketahui bahwa laju transpirasi berbanding lurus dengan
rata-rata volume air yang menguap. Jika rata-rata volume air yang menguap
banyak maka laju transpirasinya semakin lambat, sedangkan jika rata-rata volume
air yang menguap sedikit maka laju transpirasinya semakin cepat. Hal ini sesuai
dengan dasar teori.
Percobaan ketiga yaitu dengan menggunakan tumbuhan pacar
air(Impatiens balsamina). Pada
percobaan pengaruh jumlah stomata, praktikan memberikan dua perlakuan yaitu
mengolesi dengan kuteks bening pada permukaan bawah dan permukaan atas daun
untuk kemudian dihitung jumlah stomatanya dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan
setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun pacar air(Impatiens balsamina)yang diletakkan pada
lingkungan teduh adalah 12 stomata,
sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun pacar air(Impatiens balsamina)adalah 35 stomata. Sehingga
jika ditotal jumlah stomata daun pacar air(Impatiens
balsamina)pada permukaan atas dan bawah adalah 47 stomata. Sedangkan untuk
hasil pengamatan setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas
daun pacar air(Impatiens balsamina)yang
diletakkan pada lingkungan terik adalah 9 stomata, sedangkan jumlah stomata
pada permukaan bawah daun pacar air(Impatiens
balsamina)adalah 29 stomata. Sehingga jika ditotal jumlah stomata daun
pacar air(Impatiens balsamina)pada
permukaan atas dan bawah adalah 38 stomata. Jadi berdasarkan hasil tersebut
maka jumlah stomata pada daun pacar air(Impatiens
balsamina)yang ditempatkan pada lingkungan teduh lebih banyak di bandingkan
dengan stomata pada daun pacar air(Impatiens
balsamina)yang diletakkan pada lingkungan terik.
Percobaan keempat yaitu dengan menggunakan tumbuhan Bauhinia sp. Pada percobaan pengaruh
jumlah stomata, praktikan memberikan dua perlakuan yaitu mengolesi dengan
kuteks bening pada permukaan bawah dan permukaan atas daun untuk kemudian
dihitung jumlah stomatanya dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan
setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun Bauhinia sp. yang diletakkan pada
lingkungan teduh adalah 18stomata,
sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun Bauhinia sp. adalah 24 stomata. Sehingga jika ditotal jumlah
stomata daun Bauhinia sp. pada
permukaan atas dan bawah adalah 42 stomata. Sedangkan untuk hasil pengamatan
setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun Bauhinia sp. yang diletakkan pada lingkungan
terik adalah 8 stomata, sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun Bauhinia sp. adalah 10 stomata. Sehingga
jika ditotal jumlah stomata daun Bauhinia
sp. pada permukaan atas dan bawah adalah 18 stomata. Jadi berdasarkan hasil
tersebut maka jumlah stomata pada daun Bauhinia
sp. yang ditempatkan pada lingkungan teduh lebih banyak di bandingkan dengan
stomata pada daun Bauhinia sp. yang
diletakkan pada lingkungan terik.
Menurut dasar teori jumlah stomata mempengaruhi dalam
proses transpirasi. Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan
intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan
jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat
penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari
lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena
jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus
melainkan membelok akibat pengaruh sudut-sudut sel-sel penutup. Semakin banyak
stomata yang dimiliki oleh daun maka rata-rata volume air yang diuapkan
berpotensi dalam jumlah banyak sehingga laju transpirasi menjadi lambat.
Sedangkan Semakin sedikit stomata yang dimiliki oleh daun maka rata-rata volume
air yang diuapkan berpotensi dalam jumlah banyak sehingga laju transpirasi
menjadi cepat.
Percobaan kelima yaitu dengan menggunakan tumbuhan pacar
air(Impatiens balsamina). Pada
percobaan perhitungan luas rata-rata daun pacar air(Impatiens balsamina). Pada perhitungan luas daun ini praktikan
menggunakan metode kertas grafik yaitu dengan cara menjiplak ke lima daun pacar
air(Impatiens balsamina) secara
bergantian pada kertas grafik, untuk selanjutnya menghitung luas dengan cara
menghitung banyaknya kotak yang terdapat pada gambar jiplakan. Berdasarkan
hasil pengamatan rata-rata luas daun pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina)yang ditempatkan
pada tempat teduh adalah 69 cm2, sedangkan luas daun pada tumbuhan
pacar air(Impatiens balsamina)yang
diletakkan pada lingkungan terik adalah 39,3 cm2.
Percobaan keenam yaitu dengan menggunakan tumbuhan Bauhinia sp. Pada percobaan perhitungan
luas rata-rata daun Bauhinia sp. Pada
perhitungan luas daun ini praktikan menggunakan metode kertas grafik yaitu
dengan cara menjiplak ke lima daun Bauhinia
sp. secara bergantian pada kertas grafik, untuk selanjutnya menghitung luas
dengan cara menghitung banyaknya kotak yang terdapat pada gambar jiplakan.
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata luas daun pada tumbuhan Bauhinia sp. yang ditempatkan pada
tempat teduh adalah 89,25 cm2, sedangkan luas daun pada
tumbuhan Bauhinia sp. yang diletakkan pada lingkungan terik adalah 96,25 cm2.
Menurut dasar teori luas daun berpengaruh pada laju
transpirasi dan rata-rata air yang menguap. Semakin luas permukaan daun maka
dimungkinkan semakin banyak pula stomatanya sehingga jumlah traspirasi bisa
berjalan lebih cepat. Sedangkan semakin sempit permukaan daun maka dimungkinkan
jumlah stomata akan sedikit sehingga jumlah traspirasinya sedikit.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Proses transpirasi adalah Air diserap ke
dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut
gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan
besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui
simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus
transportasi.
b.
Kecepatan penguapan air melalui
transpirasi bergantung pada luas permukaan daun. Jumlah stomata dan volume
rata-rata air yang menguap. Untuk luas permukaan daun, jika daun semakin luas
maka laju transpirasi akan cepat dan sebaliknya. Untuk jumlah stomata, jika
jumlahnya banyak dan rapat maka akan memperlambat laju transpirasi dan
sebaliknya, namun jika jumlah stomatanya banyak dan letaknya berjauhan maka
akan mempercepat laju transpirasi. Untuk volume rata-rata air yang diuapkan,
jiaka volumenya banyak maka laju transpirasi akan lambat dan sebaliknya.
6.2 Saran
Secara umum dalam
praktikum ini dinilai sudah berjalan dengan lancar, sehingga tidak ada yang
perlu kritik pada acara ini.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Campbell.
2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Devlin.
1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
Lakitan,Benyamin. 2012.
Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Loveless.
1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta:
PT Gramedia.
Salisbury.
1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.
Kimball, J.W.
2000. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Haryanti,Sri.
2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil
dan Monokotil. Jurnal Vol XVII. No.2 Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi F.
MIPA UNDIP