MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN
SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN
METODE PLOT
OLEH
KELOMPOK
5
Moh.Aflah
Arrajbi (110210103034)
Fenti
ria (110210103034)
Titin
Dwi H (110210103034)
Meilnda
ratna D.P (110210103034)
Umi Fadilah (110210103034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “sampling dan analisis vegetasi dengan
metode plot” ini dengan baik.
Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini dan dukungan yang besar kepada kami.
Menyadari atas keterbatasan pengetahuan, sehingga dimungkinkan ada kekeliruan
dan kesalahan yang tidak disengaja dalam Makalah Populasi dan Densitas Populasi.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan guna perbaikan dan pengembangan pembuatan Makalah sampling dan analisis vegetasi dengan metode
plot
Populasi ini lebih lanjut. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memenuhi apa yang diharapkan bagi pembaca.
Jember, 7 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses regulasi
distribusi kelimpahan dan salinginteraksi di antara mereka, dan sebuah studi
tentang desain dari struktur dan fungsi dari ekosistem. Istilah ekologi ini
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi
Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan
Logos=ilmu), sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme
hidup dalam rumahnya.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan
atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Salah satu dari metode dalam menganaliasi vegetasi adalah
metode plot. Plot merupakan suatu prosedur yang umum digunakan untuk sampling
berbagai tipe organisme. Plot berbentuk persegi ataupun lingkaran. Metode plot
termasuk metode yang mudah dan sangat sederhana untuk dilakukan. Pada makalah
ini akan dibahas tentang hasil analisis vegetasi dan sampling dengan
menggunakan metode plot yang telah dilakukan di halaman parkir mobil FKIP
gedung 3 Universitas Jember.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
teknik dan hasil sampling tumbuhan yang dilakukan di halaman parkir FKIP gedung
3 Universitas Jember dengan menggunakan metode plot?
b. Bagaimanakah
hasil analisis data vegetasi dari hasil sampling?
1.3
Tujuan
a. Memberikan
pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode plot.
b. Melakukan
analisis data vegetasi dari hasil sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa vegetasi adalah
cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan
analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada
tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan
petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan(Swarnamo,2009)
Prinsip penentuan ukuran petak adalah
petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat
mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat
dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik
berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas
tersebut, maka dapat menggunakan teknik(Swarnamo,2009).
Kurva Spesies Area
(KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum
suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal
petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur (Andre, 2009).
Beberapa sifat yang
terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat –
sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam
analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa
kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density),
atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan
contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample.
Keempat sifat itu adalah :
- Ukuran petak.
- Bentuk petak.
- Jumlah petak.
- Cara meletakkan petak di lapangan.
Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis
Vegetasi, tanah dan
iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya(Dedy,2010)
Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah
bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan(Dedy,2010).
Jika berbicara mengenai
vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri
dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari
-
Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki
tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
-
Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya
pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
-
Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
-
Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya
tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter
dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
-
Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
-
Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok,
tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
-
Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk
tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
-
Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5
m.
-
Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter
kurang dari 10 cm.
-
Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Sedikit
berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi
jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi
floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan
vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya
untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systimatic
sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan
tertentu (Swarnamo,2009)
Untuk memperoleh
informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan
contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan . Variasi dalam releve
merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh
releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga
releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya
akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda
akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola
sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Simanung, 2009).
Dalam analisa vegetasi
ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu:
1. Dengan cara petak tunggal
2. Dengan cara petak berganda
3. Dengan cara jalur (Transek) dengan
cara garis berpetak
4. Dengan cara-cara tanpa petak
Beberapa metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode kuadran (Simanung, 2009).
- Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan
jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode
ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon
dan menaksir volumenya.
Ada dua macam metode yang umum digunakan
(Simanung, 2009) :
a. Point-quarter
Yaitu metode yang
penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak
satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis.
Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap
titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat
titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik
pusat kuadran(Polumin,1990).
b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat
suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan
menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut
dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan
titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas
umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif(Polumin,1990)
.
Adapun parameter
vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah (Andre, 2009) :
1)
Nama jenis (lokal atau botanis)
2)
Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3) Penutupan tajuk untuk
mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4) Diameter batang untuk
mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.
5) Tinggi pohon, baik tinggi total
(TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi
dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
Hasil pengukuran lapangan dilakukan
dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara
kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil
analisa vegetasi, yaitu (Michel,1990)
1.
Kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah
individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir
atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat
,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu
yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan
sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau
volume,missal 200 pohon per Ha(Michel,1990).
2.
Dominasi
Dominasi dapat
diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam
hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a) Banyaknya Individu
(abudance)dan kerapatan (density)
b) Persen penutupan (cover
percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)
c) Volume
d) Biomas
e) Indek nilai
penting(importance value-IV)
Kesempatan ini besaran
dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan
cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi
dada (diameter breas heigt-dbh)
(Michel,1990).
3.
Frekuensi
Frekuensi merupakan
ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi
memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar
keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Frekuensi digolongkan dalam lima kelas
berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
- Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %
- Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
- Kelas C dalm frekuensi 41-60%
- Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
- Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4.
Indek Nilai Penting(importance value Indeks)
Merupakan gambaran
lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas(Contis dan Mc
Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977).Nilainya diperoleh dari
menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi
relatif,sehingga jumlah maksimalnya 300%(Swarnamo,2009).
Praktik analisis vegetasi sangat
ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat
diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun
foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian
pengenal pohon setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga
Biologi Nasional Bogor(Swarnamo,2009)
Analisis vegetasi dapat
dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks
asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam
pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti
tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk
membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.
Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori
yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu
areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal
yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara
perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor
lingkungan(Swarnamo,2009).
Untuk mempelajari
komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang
sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak
tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau
dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi
yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat
dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien
lingkungan tertentu(Swarnamo,2009)
Untuk memperoleh
informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan
contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan
(Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari
pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model
geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan
komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula
digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor
lingkungan(Swarnamo,2009).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat
efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat,
metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum
kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran (Swarnamo,2009)
Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan
jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode
ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon
dan menaksir volumenya.
Ada dua macam metode yang umum digunakan
:
a. Point-quarter
Yaitu metode yang
penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris
transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau
sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas,
sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing
kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon
yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara
pohon terdekat dengan titik pusat kuadran(Polumin,1990).
b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode
dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal
pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang
berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut
sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan
danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran . Penarikan contoh
sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada
penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif(Polumin,1990).
Analisis vegetasi hutan
Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara
metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah
12.500 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan.
Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan
dengan metoda garis berpetak(Swarnamo,2009).
Ukuran permudaan yang
digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan adalah sebagai berikut:
a. Semai : Permudaan mulai dari
kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.
b. Pancang : Permudaan dengan tinggi
1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Pohon : Pohon
berdiameter 10 cm atau lebih.
d. Tumbuhan bawah : Tumbuhan
selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak belukar.
Selanjutnya ukuran
sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:
(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.
(b) Pancang : 5 x 5 m.
(c) Pohon : 10 x 10 m.
Kuadrat adalah daerah
persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai
100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran(Swarnamo,2009).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat:
Spesies di luar petak sampel dicatat
b. Count/list
count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang
ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan
suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki (Swarnamo,2009).
c. Cover quadrat (basal
area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag
tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area
(penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal
dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan
basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area
pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi
dada) (Swarnamo,2009).
d. Chart quadrat:
Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama
berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak
tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan
pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf.
Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis
mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
Melakukan kuantitatif, tapi cepat, regional-tingkat
penilaian Flora alpine di barat laut Yunnan (NWY) untuk memberikan pemahaman
yang berbasis luas lokal dan regional pola random sampling dipekerjakan untuk
situs melintasi pegunungan berbeda dari NWY. Vegetasi sampel oleh stratifying
setiap situs oleh tiga jenis vegetasi Alpen besar komunitas: padang rumput,
semak kurcaci. 50-M dua dengan berada secara acak dalam setiap jenis masyarakat
di setiap situs sampling dengan 10 1-m2 subplot sistematis ditempatkan di
sepanjang transect masing-masing. Variabel lingkungan tercatat di setiap
transect. Analisis multivarian digunakan untuk mengklasifikasikan tanaman utama
masyarakat assemblages dan link komunitas pola untuk lingkungan dan variabel
habitat (Polumin,1990)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Tempat: Depan gedung biologi tempat parkiran dosen,
gedung 3 FKIP
Waktu: 13:00 WIB
Hari: sabtu, 2 November 2013
3.2 Alat dan Bahan Percobaan
- Alat : Plot ukuran 1x1 m2, penggaris, peralatan tulis
- Bahan : Milimeter blok
|
|
||||||
|
||||||
|
Luas 3000 m2
3.4 Prosedur
Percobaan
1. Memilih lokasi
percobaan dan menentukan area yang akan disampling
2. Melakukan plotting secara acak
dengan menempatkan suatu plot berukuran 1x1 m2 sebanyak tiga
kali
3. Melakukan
pengamatan jenis vegetasi, kepadatan, kepadatan relative, frekuensi, frekuensi
relative suatu spesies, luas penutupan, luas penutupan relative dan nilai
pentingnya
3.5 Skema Alur Percobaan
|
||||||||
|
||||||||
|
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
Tabel 1
Plot ke
|
Jenis tumbuhan
|
Jumlah tumbuhan
|
1
|
Tumbuhan A
|
23
|
|
Tumbuhan B
|
2
|
|
Tumbuhan C
|
24
|
|
Tumbuhan D
|
40
|
2
|
Tumbuhan A
|
8
|
|
Tumbuhan C
|
24
|
|
Tumbuhan D
|
11
|
3
|
Tumbuhan A
|
45
|
|
Tumbuhan C
|
33
|
|
Tumbuhan D
|
18
|
|
Tumbuhan E
|
8
|
|
Tumbuhan F
|
21
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini
yaitu tentang sampling dan analisis vegetasi dengan metode
plot. Dimana praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan
dengan menggunakan metode plot dan melakukan analisi data vegetasi dari hasil
sampling. Metode plot adalah suatu metode
yang berbentuk segi empat atau persegi (kuadrat) ataupun lingkaran.
Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile
(menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan
hewan yang meliang. Terdapat dua
cara penerapan metode plot (petak), yaitu metode petak tunggal dan metode petak
ganda.
Namun pada praktikum
kali ini, menggunakan metode petak tunggal dimana hanya menggunakan satu petak
sampling (contoh) yang sudah mewakili suatu area. Praktikum ini dilakukan
halaman sekitar Biologi Gedung 3 FKIP UNEJ dan dengan menentukan area
pengamatan, sehingga hanya di daerah tersebut plotting dilakukan. Kemudian
dilakukan plotting secara acak dengan menempatkan plot berukuran 1 x 1 m2
pada area tersebut. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan identifikasi vegetasi
yang ada di dalam plot tersebut. Hal ini mencakup spesies dan jumlah spesies
tersebut. Pada umumnya suatu komunitas diberi
nama sesuai dengan jenis vegetasi yang paling dominan atau sifat universal dari
vegetasi yang dominan. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya
frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis.
Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena
berbeda pula faktor lingkungannya. Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk
mempelajari komposisi suatu vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan di suatu
area tertentu. Sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui komposisi suatu
komunitas, karena dengan mengetahui hal tersebut kita dapat memperkirakan
organisme apa saja yang mungkin dapat hidup di komunitas tersebut. Selain itu
kita juga dapat mengetahui seberapa besar daya dukung komunitas tersebut bagi
kehidupan kita.
.Dalam rangka untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pemahaman /metode yang berkenaan dengan :
a.
Berapa luas dan jumlah minimum plot pengamatan yang
diperlukan untuk menganalisissuatu vegetasi agar karakteristika keselurah
vegetasi yang ada pada area studi dapatterwakili
b.
Bagaiman cara penyebaran plot-plot tersebut dalam suatu
area
c.
Variabel-variabel pengukuran dan metode-metode yang
dapat digunakan agar dapattnterprestasikan vegetasi yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan
Proses plotting ini
diulang sampai 3 kali plotting dan dilakukan secara acak dengan ketentuan masih berada di dalam area tersebut, dan data
yang di analisis adalah rerata dari ketiga data yang diperoleh. Dalam analisis
data vegetasi menggunakan metode plot ini, yang dihitung adalah kepadatan (D),
kepatan relatif (RD), frekuensi (F), frekuensi relatif (RF), luas penutupan
(C), luas penutupan relatif (RC), dan nilai penting (IV) dari suatu vegetasi
tersebut.
Berdasarkan perhitungan dari hasil pengamatan, analisis
data pada plot 1 dengan yang lain
hasilnya berbeda,
yaitu sebagai berikut:
Plot
Ke-
|
Jenis
Tumbuhan
|
Jumlah
|
D
|
RD
|
F
|
RF
|
C
|
RC
|
IV
|
1
|
Tanaman A
|
23
|
0,00767
|
0,2584
|
0,3026
|
0,143739
|
0,21
|
0,00203
|
0,404109
|
|
Tanaman B
|
2
|
0,00067
|
0,0224
|
1
|
0,475009
|
0,4
|
0,0038
|
0,501209
|
|
Tanaman C
|
24
|
0,008
|
0,2696
|
0,29629
|
0,14074
|
0,33
|
0,0032
|
0,41354
|
|
Tanaman D
|
40
|
0,0133
|
0,4494
|
0,506329
|
0,240511
|
0,09
|
0,00087
|
0,690781
|
Berdasarkan data di atas dapat
diketahui bahwa kepadatan yang paling
tinggi yaitu pada tanaman D (rumput teki daun yang mengkilat). Dimana diketahui
jumlah vegetasi dari tanaman D sebanyak 40 buah, sehingga nilai D =0,0133, F =0,506329 , dan C = 0,09. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai
kepadatan, frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan berbanding
lurus. Frekuensi suatu spesies
menunjukan penyebaran suatu spesies-spesies di dalam suatu areal.
Spesies yang menyebar secara merata
mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesie yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil
mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman B dalam plot 1).
Kerapatan dari suatu spesies merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau
banyaknya suatu spesies per satuan luas.
Makin besar kerapatan suatu spesies, makin banyak individu spesies tersebut per
satuan luas. Dominasi merupakan suatu
nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks
Nilai Penting dari setiap spesies pada plot 1 memiliki perbedaan. Suatu area
(komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun
oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya
suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas
disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Perbedaan dari hasil perhitungan
tersebut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis tumbuhan
dan jumlah tumbuhan sejenis. Faktor
-faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot,
jika dilihat dari faktor abiotiknya yaitu. Makanan , Cahaya, suhu, kelembaban
jenis tanah dan kandungan air. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan
interspesifik, dimana terjadi persaingan tanaman dengan berbeda jenis, karena
syarat terjadinya persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman
yang berbeda, sifat dari tanaman , dan faktor abiotik yang mendukung
kelangsungan hidup mereka.
Berdasarkan perhitungan dari hasil pengamatan, analisis
data pada plot 2 dengan yang lain hasilnya berbeda, yaitu sebagai berikut:
Plot
Ke-
|
Jenis
Tumbuhan
|
Jumlah
|
D
|
RD
|
F
|
RF
|
C
|
RC
|
IV
|
1
|
Tanaman A
|
8
|
0,00267
|
0,1860
|
0,10526
|
0,194639
|
0,11
|
0,0015
|
0,382139
|
|
Tanaman C
|
24
|
0,008
|
0,55814
|
0,296296
|
0,547888
|
0,48
|
0,0068
|
1,112828
|
|
Tanaman D
|
11
|
0,00367
|
0,255814
|
0,13924
|
0,25747
|
0,11
|
0,0015
|
0,514784
|
Berdasarkan
data di atas dapat di simpulkan bahwa pada plot 2 di temukan 3 jenis tanaman
yaitu tanaman A berupa rumput yang berdaun lebar, tanaman C berupa rumput teki menjalar dan tanaman D
berupa rumput teki berdaun mengkilat. Dari hasil analisis di ketahui bahwa kepadatan yang paling tinggi yaitu
pada tanaman C (rumput teki menjalar). Dimana diketahui jumlah vegetasi pada
tanaman C sebanyak 24 buah sehingga nilai D =0,008 , F = 0,296296 , dan C = 0,48. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai kepadatan,
frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan berbanding lurus.
Frekuensi suatu spesies menunjukan
penyebaran suatu spesies-spesies di dalam suatu areal. Spesies yang menyebar secara merata mempunyai nilai
frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil
mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman A dalam plot 2). Kerapatan dari suatu spesies
merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu spesies per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu
spesies, makin banyak individu spesies tersebut per satuan luas. Dominasi merupakan suatu nilai yang menunjukan
peguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks Nilai Penting dari
setiap spesies pada plot 2 memiliki perbedaan. Suatu area (komunitas) mempunyai
keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis
spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas
dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas disusun hanya
sedikit spesies yang dominan.
Perbedaan dari hasil perhitungan
tersebut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis tumbuhan
dan jumlah tumbuhan sejenis. Faktor
-faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot,
jika dilihat dari faktor abiotiknya yaitu. Makanan , Cahaya, suhu,
kelembaban jenis tanah dan kandungan
air. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan interspesifik, dimana
terjadi persaingan tanaman dengan berbeda jenis, karena syarat terjadinya
persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman yang berbeda, sifat
dari tanaman, dan faktor abiotik yang mendukung kelangsungan hidup mereka.
Berdasarkan perhitungan dari hasil pengamatan, analisis
data pada plot 3 dengan yang lain hasilnya berbeda, yaitu sebagai berikut:
Plot
Ke-
|
Jenis
Tumbuhan
|
Jumlah
|
D
|
RD
|
F
|
RF
|
C
|
RC
|
IV
|
1
|
Tanaman A
|
45
|
0,015
|
0,36
|
0,592105
|
0,183465
|
0,2
|
0,0013
|
0,544765
|
|
Tanaman C
|
33
|
0,011
|
0,264
|
0,40740
|
0,126233
|
0,43
|
0,0028
|
0,393033
|
|
Tanaman D
|
18
|
0,006
|
0,144
|
0,22784
|
0,070596
|
0,13
|
0,00085
|
0,215446
|
|
Tanaman E
|
8
|
0,00267
|
0,064
|
1
|
0,309852
|
0,18
|
0,0011
|
0,370952
|
|
Tanaman F
|
21
|
0,007
|
0,168
|
1
|
0,309852
|
0,58
|
0,0038
|
0,481652
|
Berdasarkan
data di atas dapat di simpulkan bahwa pada plot 3 di temukan 5 jenis tanaman yaitu tanaman A
berupa rumput yang berdaun lebar, tanaman C berupa rumput teki menjalar dan tanaman D
berupa rumput teki berdaun mengkilat, tanaman E berupa tanaman tapak liman,
tanaman F berupa tanaman rumput teki kecil menjalar. Dari hasil analisis data
diatas di ketahui bahwa kepadatan
yang paling tinggi yaitu pada tanaman A (rumput berdaun lebar). Dimana
diketahui jumlah vegetasi pada tanaman A sebanyak 45 buah sehingga nilai D =0,015 , F = 0,592105 , dan C = 0,2. Jadi dapat dikatakan
bahwa nilai kepadatan, frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan
berbanding lurus. Frekuensi suatu spesies
menunjukan penyebaran suatu spesies-spesies di dalam suatu areal.
Spesies yang menyebar secara merata
mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil
mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman E
dalam plot 3). Kerapatan dari
suatu spesies merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau
banyaknya suatu spesies per satuan luas.
Makin besar kerapatan suatu spesies, makin banyak individu spesies tersebut per
satuan luas. Dominasi merupakan suatu
nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks
Nilai Penting dari setiap spesies pada plot 3 memiliki perbedaan. Suatu area
(komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun
oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya
suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas
disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Perbedaan dari hasil perhitungan
tersebut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis tumbuhan
dan jumlah tumbuhan sejenis. Faktor
-faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot,
jika dilihat dari faktor abiotiknya yaitu. Makanan , Cahaya, suhu,
kelembaban jenis tanah dan kandungan
air. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan interspesifik, dimana
terjadi persaingan tanaman dengan berbeda jenis, karena syarat terjadinya
persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman yang berbeda, sifat
dari tanaman, dan faktor abiotik yang mendukung kelangsungan hidup mereka.
Dari analisis data vegetasi hasil sampling plot
1,2 dan 3 diatas dapat di simpulkan bahwa halaman sekitar Biologi Gedung 3 FKIP
UNEJ terdapat berbagai jenis
keanekaragaman tumbuhan yang cenderung tinggi, karena spesies yang mendominasi cenderung
berbeda (dilihat dari hasil sampling tumbuhan tiap plot), dimana tanaman A, C,
D selalu ada di masing-masing plot.
Suatu area (komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut
disusun oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama.
Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu
komunitas disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Tanaman A, C, D selalu ada di masing-masing plot. Hal ini dapat
disebabkan karena area tersebut cocok untuk pertumbuhan tanaman sejenis. Dimana
dominasi dan penyebaran tanaman tertentu
pada suatu area dapat di pengaruhi oleh bebagai faktor misalnya suhu permukaan bumi yang mendapatkan energi panas dari radiasi
matahari dengan intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Perbedaan intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka
bumi. Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan, karena
berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta
tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. suhu udara
adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi
lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya.Oleh karena itu, sistem
penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti
vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi
pegunungan tinggi. Selain
itu, gerakan angin juga dapatmembantu memindahkan benih dan membantu proses
penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.
Faktor
lain yaitu curah hujan yang merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk
hidup. Tanpa sumber daya air, tidakmungkin akan terdapat bentuk-bentuk
kehidupan di muka bumi. Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan
makhluk hidup antar wilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah
hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan
kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan
jumlah dan jenis jauh lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering. Tingkat
intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang
khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) dimuka bumi. Seta faktor lain
berupa kelembapan
udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massaudara. Tingkat
kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhandi muka
bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering,
sebaliknyaterdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan
dengan kadar air yangtinggi.Jenis
rumput merupakan tumbuhan xerophyta,
yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang
keringatau bahkan gersang (kelembapan udara sangat rendah). Sedangkan hasil
pengamatan yang kelompok kami lakukan tanaman yang mendominasi di ketiga plot
yaitu berupa rerumputan dimana dapat hidup dan bertahan di tempat yang
kekurangan air atau lumayan gersang.
BAB
VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·
Komunitas adalah
sekumpulan populasi yang menempati satu wilayah secara berdampingan dan saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu komunitas diberi nama sesuai dengan jenis
vegetasi yang paling dominan atau sifat universal dari vegetasi yang dominan. Vegetasi merupakan tumbuhan yang hidup di dalam suatu
tempat dalam ekosistem. Metode plot merupakan salah satu cara untuk mengukur dan menganalisis suatu
kelompok vegetasi.
·
Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari
komposisi suatu vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan di suatu area tertentu.
Analisis data vegetasi dari hasil sampling, yaitu sebagai berikut:
a. Pada plot 1 ditemukan 4
jenis vegetasi berbeda, yaitu tanaman A,B,C,D. kepadatan
yang paling tinggi yaitu pada
tanaman D (rumput teki daun yang mengkilat) dengan jumlah vegetasi sebanyak 40 buah, sehingga nilai D =0,0133, F =0,506329 , dan C = 0,09.
b. Pada plot 2 ditemukan 3
jenis vegetasi berbeda, yaitu tanaman A,C,D. kepadatan
yang paling tinggi yaitu pada
tanaman C (rumput teki menjalar)
dengan jumlah vegetasi sebanyak 24 buah
sehingga nilai D =0,008 , F = 0,296296 , dan C = 0,48.
c. Pada plot 3 ditemukan 5
jenis vegetasi berbeda, yaitu tanaman A,C,D, E,F. kepadatan
yang paling tinggi yaitu pada
tanaman A (rumput berdaun lebar) dengan
jumlah vegetasi sebanyak 45 buah sehingga nilai D =0,015 , F = 0,592105 , dan C = 0,2.
DAFTAR PUSTAKA
Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa
Dedy 2010 http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi
diakses tanggal 7 November 2013
Michael, M.
1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N.
1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Simanung. 2009.Analisis Vegetasi. http://bpkaeknauli .org/index.php?option
=comcontent&task=view&id =18&Itemid=5 Diakses pada 7
November 2013.
Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu
Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadyah.
Sherman1,Ruth,dkk. April 15, 2008. Spatial patterns of plant diversity and communities in Alpine
ecosystems of the Hengduan Mountains. northwest Yunnan, China.
LAMPIRAN
Spatial patterns of plant diversity and
communities in Alpine ecosystems of the Hengduan Mountains, northwest Yunnan,
China
Author Affiliations
- 1Department of Natural Resources, Cornell University, Ithaca, NY 14853, USA
- 2The Nature Conservancy, Boise, ID 83702, USA
- 3The Nature Conservancy, China Program, Kunming, Yunnan 650034, People's Republic of China
- 4Shangri-la Alpine Botanical Garden, Zhongdian, Yunnan, 674400, People's Republic of China
- 5Biology Department, Yunnan University, Kunming, Yunnan, 650091, People's Republic of China
- *Corresponding author: Department of Natural Resources, Cornell University, Ithaca, NY 14853, USA. E-mail: res6@cornell.edu
- Received January 8, 2008.
- Revision received April 9, 2008.
- Accepted April 15, 2008.
Abstract
Aims Conduct a
quantitative, but rapid, regional-level assessment of the alpine flora across
northwest Yunnan (NWY) to provide a broad-based understanding of local and
regional patterns of the composition, diversity and health of alpine ecosystems
across NWY.
Methods
A stratified random sampling design was employed to select sites across the
different mountain ranges of NWY. Vegetation was sampled by stratifying each
site by the three major alpine vegetation community types: meadow, dwarf shrub
and scree. Two 50-m transects were randomly located within each community type
at each sampling site with 10 1-m2 subplots systematically placed
along each transect. Environmental variables were recorded at each transect.
Multivariate analyses were used to classify the major plant community
assemblages and link community patterns to environmental and habitat variables.
Important Findings
Forb species richness varied from 19 to 105 species per site (21 sites total)
with an average of 59 species per site (60 m2 sampled per site).
Most species were patchily distributed with narrow distributions and/or small
population sizes; over half the species occurred at only one or two sites.
Distinct species assemblages were identified in the meadow vegetation that was
strongly aggregated by geographic location suggesting the presence of distinct
phytogeographic zones of the meadow alpine flora. Elevation and geographic
location were the dominant environmental gradients underlying the variations in
species composition. Jaccard's coefficient of similarity averaged only 10%
among sites indicating there was little similarity in the alpine flora across
the region. The alpine vegetation is highly heterogeneous across the complex
landscape of the Hengduan Mountains of NWY. Conservation strategies need to
take into account the large geographic differences in the flora to maximize
protection of biodiversity.
DAERAH
PENGAMATAN PLOT
Daerah Plot
|
Spesies
|
Jumlah Spesies
|
PLOT 1
|
Rumput A Rumput B
Rumput C
Rumput D
|
A = 23
B = 2
C = 24
D = 40 +
89
|
PLOT 2
|
Rumput A Rumput C
Rumput D
|
A =8
C =24
D = 11 +
43
|
PLOT 3
|
Rumput A
Rumput C
Rumput D
Tapak liman E
Rumput F
|
A = 45
C = 33
D = 18
E = 8
F = 21 +
125
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar