Minggu, 08 Juni 2014

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE PLOT



logo-unej.jpg

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN
SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN
METODE PLOT





OLEH
KELOMPOK 5

Moh.Aflah Arrajbi           (110210103034)
Fenti ria                             (110210103034)
Titin Dwi H                        (110210103034)
Meilnda ratna D.P            (110210103034)
Umi Fadilah                       (110210103034)
           



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “sampling dan analisis vegetasi dengan metode plot ini dengan baik.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini dan dukungan yang besar kepada kami. Menyadari atas keterbatasan pengetahuan, sehingga dimungkinkan ada kekeliruan dan kesalahan yang tidak disengaja dalam Makalah Populasi dan Densitas Populasi.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan dan pengembangan pembuatan Makalah sampling dan analisis vegetasi dengan metode plot
Populasi ini lebih lanjut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi apa yang diharapkan bagi pembaca.
 Jember, 7 November 2013


                                                                                  Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses regulasi distribusi kelimpahan dan salinginteraksi di antara mereka, dan sebuah studi tentang desain dari struktur dan fungsi dari ekosistem. Istilah ekologi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos=ilmu), sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme hidup dalam rumahnya.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Salah satu dari metode dalam menganaliasi vegetasi adalah metode plot. Plot merupakan suatu prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Plot berbentuk persegi ataupun lingkaran. Metode plot termasuk metode yang mudah dan sangat sederhana untuk dilakukan. Pada makalah ini akan dibahas tentang hasil analisis vegetasi dan sampling dengan menggunakan metode plot yang telah dilakukan di halaman parkir mobil FKIP gedung 3 Universitas Jember.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana teknik dan hasil sampling tumbuhan yang dilakukan di halaman parkir FKIP gedung 3 Universitas Jember dengan menggunakan metode plot?
b.      Bagaimanakah hasil analisis data vegetasi dari hasil sampling?
1.3  Tujuan
a.       Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode plot.
b.      Melakukan analisis data vegetasi dari hasil sampling.
     


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan(Swarnamo,2009)
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik(Swarnamo,2009).
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Andre, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
  1. Ukuran petak.
  2. Bentuk petak.
  3. Jumlah petak.
  4. Cara meletakkan petak di lapangan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya(Dedy,2010)
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan(Dedy,2010).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu (Swarnamo,2009)
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan . Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Simanung, 2009).
Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu:
1. Dengan cara petak tunggal
2. Dengan cara petak berganda
3. Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak
4. Dengan cara-cara tanpa petak
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran (Simanung, 2009).
- Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Ada dua macam metode yang umum digunakan (Simanung, 2009) :
a. Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran(Polumin,1990).
b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif(Polumin,1990) .
Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah (Andre, 2009) :
1)    Nama jenis (lokal atau botanis)
2)    Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3)    Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4)    Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.
5)    Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu (Michel,1990)
1.    Kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha(Michel,1990).
2.    Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a)    Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)
b)   Persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)
c)    Volume
d)    Biomas
e)    Indek nilai penting(importance value-IV)
Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh) (Michel,1990).
3.    Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Frekuensi digolongkan dalam lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
  • Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %
  • Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
  • Kelas C dalm frekuensi 41-60%
  • Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
  • Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4.    Indek Nilai Penting(importance value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977).Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya 300%(Swarnamo,2009).
Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor(Swarnamo,2009)
Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan(Swarnamo,2009).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu(Swarnamo,2009)
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan(Swarnamo,2009).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran (Swarnamo,2009)

Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Ada dua macam metode yang umum digunakan :
a. Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran(Polumin,1990).
b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran . Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif(Polumin,1990).
Analisis vegetasi hutan Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis berpetak(Swarnamo,2009).
Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan adalah sebagai berikut:
a. Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.
b. Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c.  Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.
d. Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak belukar.
Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:
(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.
(b) Pancang : 5 x 5 m.
(c) Pohon : 10 x 10 m.
Kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran(Swarnamo,2009).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki (Swarnamo,2009).
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada) (Swarnamo,2009).
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
Melakukan kuantitatif, tapi cepat, regional-tingkat penilaian Flora alpine di barat laut Yunnan (NWY) untuk memberikan pemahaman yang berbasis luas lokal dan regional pola random sampling dipekerjakan untuk situs melintasi pegunungan berbeda dari NWY. Vegetasi sampel oleh stratifying setiap situs oleh tiga jenis vegetasi Alpen besar komunitas: padang rumput, semak kurcaci. 50-M dua dengan berada secara acak dalam setiap jenis masyarakat di setiap situs sampling dengan 10 1-m2 subplot sistematis ditempatkan di sepanjang transect masing-masing. Variabel lingkungan tercatat di setiap transect. Analisis multivarian digunakan untuk mengklasifikasikan tanaman utama masyarakat assemblages dan link komunitas pola untuk lingkungan dan variabel habitat (Polumin,1990)



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Tempat dan Waktu Percobaan
Tempat: Depan gedung biologi tempat parkiran dosen, gedung 3 FKIP
Waktu:  13:00 WIB
Hari: sabtu, 2 November 2013 

3.2  Alat dan Bahan Percobaan
  • Alat :  Plot ukuran 1x1 m2, penggaris, peralatan tulis
  • Bahan : Milimeter blok
        
                                                                                 
                  1m                                                            1 m
      
                                 1m                              1m 

                                                                                                       1m                  
                                                   
                                                                                                                   1m                                                                                      

 
3.3 Desain Percobaan








       Plot 1
 


       Plot 2
 




       Plot 3
 
 








Luas 3000 m2
3.4  Prosedur Percobaan
1.  Memilih lokasi percobaan dan menentukan area yang akan disampling
2.  Melakukan plotting secara acak dengan menempatkan suatu plot berukuran 1x1 m2 sebanyak tiga kali
3.  Melakukan pengamatan jenis vegetasi, kepadatan, kepadatan relative, frekuensi, frekuensi relative suatu spesies, luas penutupan, luas penutupan relative dan nilai pentingnya
3.5  Skema Alur Percobaan









Memilih lokasi percobaan dan menentukan area yang akan disampling
 





Melakukan plotting secara acak dengan menempatkan suatu plot berukuran 1x1 m2 sebanyak tiga kali
 






Melakukan pengamatan jenis vegetasi, kepadatan, kepadatan relative, frekuensi, frekuensi relative suatu spesies, luas penutupan, luas penutupan relative dan nilai pentingnya
 
 



















 
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Tabel 1
Plot ke
Jenis tumbuhan
Jumlah tumbuhan
1
Tumbuhan A
23

Tumbuhan B
2

Tumbuhan C
24

Tumbuhan D
40
2
Tumbuhan A
8

Tumbuhan C
24

Tumbuhan D
11
3
Tumbuhan A
45

Tumbuhan C
33

Tumbuhan D
18

Tumbuhan E
8

Tumbuhan F
21



BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu  tentang  sampling dan analisis vegetasi dengan metode plot. Dimana praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode plot dan melakukan analisi data vegetasi dari hasil sampling. Metode plot adalah suatu  metode yang berbentuk segi empat atau persegi (kuadrat) ataupun  lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile (menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan yang meliang. Terdapat dua cara penerapan metode plot (petak), yaitu metode petak tunggal dan metode petak ganda.
Namun pada praktikum kali ini, menggunakan metode petak tunggal dimana hanya menggunakan satu petak sampling (contoh) yang sudah mewakili suatu area. Praktikum ini dilakukan halaman sekitar Biologi Gedung 3 FKIP UNEJ dan dengan menentukan area pengamatan, sehingga hanya di daerah tersebut plotting dilakukan. Kemudian dilakukan plotting secara acak dengan menempatkan plot berukuran 1 x 1 m2 pada area tersebut. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan identifikasi vegetasi yang ada di dalam plot tersebut. Hal ini mencakup spesies dan jumlah spesies tersebut. Pada umumnya suatu komunitas diberi nama sesuai dengan jenis vegetasi yang paling dominan atau sifat universal dari vegetasi yang dominan. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis.  Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari komposisi suatu vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan di suatu area tertentu. Sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui komposisi suatu komunitas, karena dengan mengetahui hal tersebut kita dapat memperkirakan organisme apa saja yang mungkin dapat hidup di komunitas tersebut. Selain itu kita juga dapat mengetahui seberapa besar daya dukung komunitas tersebut bagi kehidupan kita.
.Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pemahaman /metode yang berkenaan dengan :
a.              Berapa luas dan jumlah minimum plot pengamatan yang diperlukan untuk menganalisissuatu vegetasi agar karakteristika keselurah vegetasi yang ada pada area studi dapatterwakili
b.             Bagaiman cara penyebaran plot-plot tersebut dalam suatu area
c.              Variabel-variabel pengukuran dan metode-metode yang dapat digunakan agar dapattnterprestasikan vegetasi yang  sesuai dengan tujuan yang diinginkan
Proses plotting ini diulang sampai 3 kali plotting dan dilakukan secara acak dengan ketentuan  masih berada di dalam area tersebut, dan data yang di analisis adalah rerata dari ketiga data yang diperoleh. Dalam analisis data vegetasi menggunakan metode plot ini, yang dihitung adalah kepadatan (D), kepatan relatif (RD), frekuensi (F), frekuensi relatif (RF), luas penutupan (C), luas penutupan relatif (RC), dan nilai penting (IV) dari suatu vegetasi tersebut.
Berdasarkan  perhitungan dari hasil pengamatan, analisis data  pada plot 1 dengan  yang lain  hasilnya berbeda, yaitu sebagai berikut:
Plot Ke-
Jenis Tumbuhan
Jumlah
D
RD
F
RF
C
RC
IV
1
Tanaman A
23
0,00767
0,2584
0,3026
0,143739
0,21
0,00203
0,404109

Tanaman B
2
0,00067
0,0224
1
0,475009
0,4
0,0038
0,501209

Tanaman C
24
0,008
0,2696
0,29629
0,14074
0,33
0,0032
0,41354

Tanaman D
40
0,0133
0,4494
0,506329
0,240511
0,09
0,00087
0,690781
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kepadatan yang  paling tinggi yaitu pada tanaman D (rumput teki daun yang mengkilat). Dimana diketahui jumlah vegetasi dari tanaman D sebanyak 40 buah, sehingga  nilai D =0,0133, F =0,506329 , dan C = 0,09. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai kepadatan, frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan berbanding lurus. Frekuensi suatu spesies  menunjukan penyebaran suatu spesies-spesies di dalam suatu areal. Spesies  yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesie  yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman B dalam plot 1). Kerapatan dari suatu  spesies  merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu spesies  per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu spesies, makin banyak individu spesies tersebut per satuan luas. Dominasi  merupakan suatu nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks Nilai Penting dari setiap spesies pada plot 1 memiliki perbedaan. Suatu area (komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Perbedaan dari hasil perhitungan tersebut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis tumbuhan dan  jumlah tumbuhan sejenis. Faktor -faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot, jika dilihat dari faktor abiotiknya yaitu. Makanan , Cahaya, suhu, kelembaban jenis tanah dan kandungan air. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan interspesifik, dimana terjadi persaingan tanaman dengan berbeda jenis, karena syarat terjadinya persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman yang berbeda, sifat dari tanaman , dan faktor abiotik yang mendukung kelangsungan hidup mereka.
Berdasarkan  perhitungan dari hasil pengamatan, analisis data  pada plot 2 dengan  yang lain hasilnya berbeda, yaitu  sebagai berikut:
Plot Ke-
Jenis Tumbuhan
Jumlah
D
RD
F
RF
C
RC
IV
1
Tanaman A
8
0,00267
0,1860
0,10526
0,194639
0,11
0,0015
0,382139

Tanaman C
24
0,008
0,55814
0,296296
0,547888
0,48
0,0068
1,112828

Tanaman D
11
0,00367
0,255814
0,13924
0,25747
0,11
0,0015
0,514784
Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa pada plot 2 di temukan 3 jenis tanaman yaitu  tanaman A  berupa rumput yang berdaun lebar, tanaman C  berupa rumput teki menjalar dan tanaman D berupa rumput teki berdaun mengkilat. Dari hasil analisis di ketahui bahwa kepadatan yang paling tinggi yaitu pada tanaman C (rumput teki menjalar). Dimana diketahui jumlah vegetasi pada tanaman C sebanyak 24 buah sehingga nilai D =0,008 , F = 0,296296 , dan C = 0,48. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai kepadatan, frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan berbanding lurus. Frekuensi suatu spesies  menunjukan penyebaran suatu spesies-spesies di dalam suatu areal. Spesies  yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesis  yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman A dalam  plot 2). Kerapatan dari suatu  spesies  merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu spesies  per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu spesies, makin banyak individu spesies tersebut per satuan luas. Dominasi  merupakan suatu nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks Nilai Penting dari setiap spesies pada plot 2 memiliki perbedaan. Suatu area (komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Perbedaan dari hasil perhitungan tersebut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis tumbuhan dan  jumlah tumbuhan sejenis. Faktor -faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot, jika dilihat dari faktor abiotiknya yaitu. Makanan , Cahaya, suhu, kelembaban  jenis tanah dan kandungan air. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan interspesifik, dimana terjadi persaingan tanaman dengan berbeda jenis, karena syarat terjadinya persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman yang berbeda, sifat dari tanaman, dan faktor abiotik yang mendukung kelangsungan hidup mereka.
Berdasarkan  perhitungan dari hasil pengamatan, analisis data  pada plot 3 dengan  yang lain hasilnya berbeda, yaitu  sebagai berikut:
Plot Ke-
Jenis Tumbuhan
Jumlah
D
RD
F
RF
C
RC
IV
1
Tanaman A
45
0,015
0,36
0,592105
0,183465
0,2
0,0013
0,544765

Tanaman C
33
0,011
0,264
0,40740
0,126233
0,43
0,0028
0,393033

Tanaman D
18
0,006
0,144
0,22784
0,070596
0,13
0,00085
0,215446

Tanaman E
8
0,00267
0,064
1
0,309852
0,18
0,0011
0,370952

Tanaman F
21
0,007
0,168
1
0,309852
0,58
0,0038
0,481652

Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa pada plot 3 di temukan 5  jenis tanaman yaitu  tanaman A  berupa rumput yang berdaun lebar, tanaman C  berupa rumput teki menjalar dan tanaman D berupa rumput teki berdaun mengkilat, tanaman E berupa tanaman tapak liman, tanaman F berupa tanaman rumput teki kecil menjalar. Dari hasil analisis data diatas di ketahui bahwa kepadatan yang paling tinggi yaitu pada tanaman A (rumput berdaun lebar). Dimana diketahui jumlah vegetasi pada tanaman A sebanyak 45 buah sehingga nilai D =0,015 , F = 0,592105 , dan C = 0,2. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai kepadatan, frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan berbanding lurus. Frekuensi suatu spesies  menunjukan penyebaran suatu spesies-spesies di dalam suatu areal. Spesies  yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesis  yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman  E  dalam  plot 3). Kerapatan dari suatu  spesies  merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu spesies  per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu spesies, makin banyak individu spesies tersebut per satuan luas. Dominasi  merupakan suatu nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks Nilai Penting dari setiap spesies pada plot 3 memiliki perbedaan. Suatu area (komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Perbedaan dari hasil perhitungan tersebut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis tumbuhan dan  jumlah tumbuhan sejenis. Faktor -faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot, jika dilihat dari faktor abiotiknya yaitu. Makanan , Cahaya, suhu, kelembaban  jenis tanah dan kandungan air. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan interspesifik, dimana terjadi persaingan tanaman dengan berbeda jenis, karena syarat terjadinya persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman yang berbeda, sifat dari tanaman, dan faktor abiotik yang mendukung kelangsungan hidup mereka.
Dari  analisis data vegetasi hasil sampling plot 1,2 dan 3 diatas dapat di simpulkan bahwa halaman sekitar Biologi Gedung 3 FKIP UNEJ terdapat berbagai jenis  keanekaragaman tumbuhan yang cenderung tinggi, karena spesies yang mendominasi cenderung berbeda (dilihat dari hasil sampling tumbuhan tiap plot), dimana tanaman A, C, D selalu  ada di masing-masing plot. Suatu area (komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Tanaman A, C, D selalu  ada di masing-masing plot. Hal ini dapat disebabkan karena area tersebut cocok untuk pertumbuhan tanaman sejenis. Dimana dominasi dan penyebaran  tanaman tertentu pada suatu area dapat di pengaruhi oleh bebagai faktor misalnya  suhu permukaan bumi  yang mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Perbedaan intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi. Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu  lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya.Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi. Selain itu, gerakan angin juga dapatmembantu  memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.
Faktor lain yaitu curah hujan yang merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidakmungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Begitu pentingnya air bagi kehidupan  mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan makhluk hidup antar wilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan  jumlah dan  jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering. Tingkat intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) dimuka bumi. Seta faktor lain berupa kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massaudara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhandi muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknyaterdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yangtinggi.Jenis rumput merupakan tumbuhan  xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang keringatau bahkan gersang (kelembapan udara sangat rendah). Sedangkan hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan tanaman yang mendominasi di ketiga plot yaitu berupa rerumputan dimana dapat hidup dan bertahan di tempat yang kekurangan air atau lumayan gersang.








BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
·         Komunitas adalah sekumpulan populasi yang menempati satu wilayah secara berdampingan dan saling berinteraksi. Pada umumnya suatu komunitas diberi nama sesuai dengan jenis vegetasi yang paling dominan atau sifat universal dari vegetasi yang dominan. Vegetasi merupakan tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat dalam ekosistem. Metode plot merupakan salah satu cara untuk mengukur dan menganalisis suatu kelompok vegetasi.
·         Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari komposisi suatu vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan di suatu area tertentu. Analisis data vegetasi dari hasil sampling, yaitu sebagai berikut:
a.    Pada plot 1 ditemukan  4  jenis vegetasi berbeda, yaitu tanaman A,B,C,D.  kepadatan   yang  paling tinggi yaitu pada tanaman D (rumput teki daun yang mengkilat) dengan jumlah vegetasi  sebanyak 40 buah, sehingga  nilai D =0,0133, F =0,506329 , dan C = 0,09.
b.    Pada plot 2 ditemukan  3  jenis vegetasi berbeda, yaitu tanaman A,C,D.  kepadatan   yang  paling tinggi yaitu pada tanaman  C (rumput teki menjalar) dengan  jumlah vegetasi sebanyak 24 buah sehingga nilai D =0,008 , F = 0,296296 , dan C = 0,48.
c.    Pada plot 3 ditemukan  5  jenis vegetasi berbeda, yaitu tanaman A,C,D, E,F.  kepadatan   yang  paling tinggi yaitu pada tanaman A  (rumput berdaun lebar) dengan jumlah vegetasi sebanyak 45 buah sehingga nilai D =0,015 , F = 0,592105 , dan C = 0,2.



DAFTAR PUSTAKA

Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa
Dedy 2010 http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi diakses tanggal 7 November 2013
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Simanung. 2009.Analisis Vegetasi. http://bpkaeknauli .org/index.php?option =comcontent&task=view&id =18&Itemid=5 Diakses pada 7 November 2013.
Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu Lingkungan. Malang: Universitas   Muhammadyah.
Sherman1,Ruth,dkk. April 15, 2008. Spatial patterns of plant diversity and communities in Alpine ecosystems of the Hengduan Mountains. northwest Yunnan, China.






 

LAMPIRAN
Spatial patterns of plant diversity and communities in Alpine ecosystems of the Hengduan Mountains, northwest Yunnan, China
  1. Ruth Sherman1,*,
  2. Renee Mullen2,
  3. Li Haomin3,
  4. Fang Zhendong4 and
  5. Wang Yi5
Author Affiliations
  1. 1Department of Natural Resources, Cornell University, Ithaca, NY 14853, USA
  2. 2The Nature Conservancy, Boise, ID 83702, USA
  3. 3The Nature Conservancy, China Program, Kunming, Yunnan 650034, People's Republic of China
  4. 4Shangri-la Alpine Botanical Garden, Zhongdian, Yunnan, 674400, People's Republic of China
  5. 5Biology Department, Yunnan University, Kunming, Yunnan, 650091, People's Republic of China
  1. *Corresponding author: Department of Natural Resources, Cornell University, Ithaca, NY 14853, USA. E-mail: res6@cornell.edu
  • Received January 8, 2008.
  • Revision received April 9, 2008.
  • Accepted April 15, 2008.
Abstract
Aims Conduct a quantitative, but rapid, regional-level assessment of the alpine flora across northwest Yunnan (NWY) to provide a broad-based understanding of local and regional patterns of the composition, diversity and health of alpine ecosystems across NWY.
Methods A stratified random sampling design was employed to select sites across the different mountain ranges of NWY. Vegetation was sampled by stratifying each site by the three major alpine vegetation community types: meadow, dwarf shrub and scree. Two 50-m transects were randomly located within each community type at each sampling site with 10 1-m2 subplots systematically placed along each transect. Environmental variables were recorded at each transect. Multivariate analyses were used to classify the major plant community assemblages and link community patterns to environmental and habitat variables.
Important Findings Forb species richness varied from 19 to 105 species per site (21 sites total) with an average of 59 species per site (60 m2 sampled per site). Most species were patchily distributed with narrow distributions and/or small population sizes; over half the species occurred at only one or two sites. Distinct species assemblages were identified in the meadow vegetation that was strongly aggregated by geographic location suggesting the presence of distinct phytogeographic zones of the meadow alpine flora. Elevation and geographic location were the dominant environmental gradients underlying the variations in species composition. Jaccard's coefficient of similarity averaged only 10% among sites indicating there was little similarity in the alpine flora across the region. The alpine vegetation is highly heterogeneous across the complex landscape of the Hengduan Mountains of NWY. Conservation strategies need to take into account the large geographic differences in the flora to maximize protection of biodiversity.

 
 



DAERAH PENGAMATAN PLOT
Daerah Plot
Spesies
Jumlah Spesies
PLOT 1
Description: E:\New folder\Photo2163.jpg




Description: E:\New folder\Photo2159.jpg Description: E:\New folder\Photo2160.jpg
   Rumput A                 Rumput B
Description: E:\New folder\Photo2161.jpg Description: E:\New folder\Photo2164.jpg
Rumput C                 Rumput D
A = 23
B = 2
C = 24
D = 40          +
89

PLOT 2
Description: E:\New folder\Photo2167.jpg


Description: E:\New folder\Photo2170.jpg Description: E:\New folder\Photo2161.jpg
Rumput A                     Rumput C
Description: E:\New folder\Photo2175.jpg
Rumput D
A =8
C =24
D = 11            +
43


PLOT 3
Description: E:\New folder\Photo2169.jpg




Description: E:\New folder\Photo2170.jpg Description: E:\New folder\Photo2161.jpg
Rumput A              Rumput C


Description: E:\New folder\Photo2175.jpg        Description: E:\New folder\Photo2172.jpg
Rumput D               Tapak liman E
Description: E:\New folder\Photo2174.jpg
Rumput F
A = 45
C = 33
D = 18
E = 8    
F = 21        +
125





           
 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar