Senin, 07 Juli 2014

ini nih adek saya yang katanya orang2 lebih cantik dari ane...hehehhe
biar deh...yang penting ane juga agak manis...hahahah







Minggu, 08 Juni 2014

PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI








LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
“PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI “






OLEH :
UMI FADILAH (110210103034)
Kelas : A





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013


I.     JUDUL        :    Penguapan Air melalui Proses Transpirasi
II.  TUJUAN     :   Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air melalui transpirasi
III.   DASAR TEORI
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan. ( Lakitan,2012:53 ) .
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional. ( Campbell, 2010:203 ).
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin)( Salisbury, 1992:64 ) .
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen(Campbell, 2010:208 ).
Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti sel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada dalam keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang diperoleh dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut memperoleh air dengan cara mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan dengan air di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut  (Devlin,1983:97).
Pengurangan ukuran daun dihubungkan dengan pengurangan kecepatan transpirasi. Tumbuhan dengan daun kecil biasanya mempunyai habitat kering, pengurangan ukuran daun sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan (Lovelles,1991:215).
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi antara lain:
a.       Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dalam gelap.
b.       Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.
c.       Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara sekitar tumbuha.
d.       Angin. Adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.
e.        Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah (Kimball ,1990:493).
            Pengertian Transpirasi Tumbuhan daratan yang muda hanya dapat bertahan hidup pada situasi yang lembab, dan lebih lanjut membutuhkan sebuah pipa menyuplai irigasi air melalui xilem yang disuplai oleh sistem pengumpul yang efisien yaitu akar. disebut dengan transpirasi (miring). Arus dari pengaliran air (getah tumbuhan) sepanjang tanaman sebagai respon terhadap transpirasi disebut aliran transpirasi. Lebih dari 90% air yang masuk ke tanaman diteruskan dan dievaporasikan terutama kedalam ruang udara daun diteruskan ke stomata dan keluar atmosfer. Proses hilangnya uap air dari dalam daun ke atmosfer disebut transpirasi(Kimball,1990:495).
Epidermis adalah sistem sel-sel yang bervariasi struktur dan fungsinya, yang menutupi tubuh tumbuhan. Struktur yang demikian tersebut dapat dihubungkan dengan peranan jaringan tersebut sebagai lapisan yang berhubungan dengan lingkungan luar. Adanya bahan lemak, kutin dan kutikula dapat membatasi penguapan, pada dinding terluar menjadikannnya kompak dan keras, sehingga dapat dianggap sebagai penyokong mekanis. Di antara sel-sel epidermis terdapat derifatnya antara lain yang disebut stomata, trikoma, sel kipas, sel silika dan sel gabus(Haryanti,2010:Jurnal).
Stomata adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis khusus yang disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang mengelilinginya disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga turut serta dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel –sel penutup. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan yang terdedah ke udara, tetapi lebih banyak terdapat pada daun (Haryanti,2010:Jurnal).
Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh sudut-sudut sel-sel penutup. Bentuk stomata yang oval lebih memudahkan mengeluarkan air daripada bentuk bundar. Deretan molekul-molekul air yang lewat lebih banyak jika keliling perimeter stomata lebih panjang.pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak antara stomata-stomata tersebut 20 kali diameternya. Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya. Sel epidermis yang menjadi sel tetangga tidak mempunyai klorofil, sedangkan sel penutup stomata mengandung klorofil, fosfat organik, enzim(Haryanti,2010:Jurnal).
Adapun berikut ini adalah distribusi stomata pada beberapa tumbuhan monokotil dan dikotil :

(Haryanti,2010:Jurnal).

IV.   METODE PENGEMATAN
4.1  Alat dan Bahan
a.       Alat
-          Gunting tanaaman
-          Ember
-          Gelas ukur 10 ml
-          Timbangan
-          Kertas kuarto
-          Kertas grafik
-          Kaca benda
-          Kaca penutup
-          Rak tabung
-          Mikroskop
b.      Bahan
-          Batang/ranting Bauhinia sp
-          Batang/ranting Bauhinia sp.
-          Minyak kelapa
-          Kuteks bening
4.2  Langkah Kerja






 







































4.3  Hasil Pengamatan
Tumbuhan
0’
5’
10’
15’
20’
25’
30’
Rata-rata air menguap
Laju transpirasi
Jumlah stomata
Luas daun
1.    Bauhinia sp
- Teduh

- Terik



7

7



7

6,9



6,8

6,8



6,8

6,5



6,8

6,5



6,8

6,4



6,8

6,4



0,06 ml

0,1 ml



3x10-5 ml

5x10-5 ml



-atas: 12
-bawah:35
-atas:9
-bawah:29



69 cm2

39,3 cm2
2.   Bauhinia sp.
-Teduh

-Terik

7,8

7,3

7,6

7,2

7,6

7,1

7,4

6,9

7,35

6,8

7

6,7

6,95

6,6

0,14 ml

0,1 ml

7,78x10-5ml

5,56x10-5ml

atas: 18
-bawah:24
-atas:8
-bawah:10

89,25 cm2

96,25 cm2

V.  PEMBAHASAN
            Pada praktikum kali ini, paraktikan melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui laju transpirasi tumbuhan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam percobaan ini tumbuhan yang dijadikan pengamatan adalah tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) dan Bauhinia sp. Alasan menggunakan tumbuhan ini adalah karena kedua tumbuhan tersebut mewakili kelompoknya masing-masing untuk tumbuhan Bauhinia sp mewakili kelompok tumbuhan monokotil, sedangkan untuk tumbuhan Bauhinia sp. mewakili kelompok tumbuhan dikotil. Dari kedua tumbuhan tersebut maka akan dapat diketahui bagaimana tingkat laju traspirasinya. Transpirasi adalah kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan sel-sel hidup. Hal ini dapat terjadi pada semua bagian tumbuhan, terutama pada permukaan daun. Transpirasi dari permukaan daun terutama sekali berlangsung melalui stomata disebut juga transpirasi stomata, tetapi ada pula yang melalui kutikula ( transpirasi kutikula ).Secara khusus dalam praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan untuk mengetahui tingkat pengaruh luas permukaan daun, pengaruh suhu dan jumlah stomata terhadap laju transpirasi tumbuhan.
            Proses terjadinya transpirasi adalah Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air. Adapun mekanisme transpirasi secara runtut adalah Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
            Pada serangkaian praktikum kali ini terdapat beberapa perlakuan unik yang dilakukan oleh praktikan. Perlakuan unik tersebut tentunya memiliki tujuan tertentu yang dapat mendukung didapatkannya data yang tepat. Perlakuan khusus tersebut antara lain, pada saat memotong batang tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) dan Bauhinia sp. Praktikan melakukannya didalam air, hal ini dimaksudkan agar tumbuhan tidak mengalami transpirasi melalui pangkal batang yang telah dipotong. Kemudian praktikan menambahkan minyak pada tabung reaksi yang telah diisi air, hal ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan memperlambat penguapan yang terjadi oleh air yang ada didalam tabung reaksi.
            Untuk percobaan pertama yaitu dengan menggunakan tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina). Pada percobaan pengaruh suhu, praktikan memberikan dua macam perlakuan yaitu meletakkan tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan terik dan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan teduh. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah dihitung perubahan volume air setiap 5 menit sekali selama 30 menit maka didapatkan rata-rata volume penguapan air di lingkungan teduh  pada interval 5 menit adalah 0,06 ml. Sedangkan, rata-rata volume penguapan air di lingkungan terik  pada interval 5 menit adalah 0,1 ml. Untuk mendapatkan rata-rata volume air yang menguap maka praktikan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Rata-rata volume air menguap=∑ selisih waktu
                                                            ∑waktu
Berdasarkan hasil rata-rata volume penguapan air pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan terik dan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan teduh terdapat perbedaan atau selisih hasil. Pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan terik memiliki rata-rata volume penguapan air yang relatif lebih tinggi pada interval 5 menit dibandingkan dengan tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina) pada lingkungan teduh. Hal ini sesuai dengan dasar teori.
            Untuk percobaan kedua yaitu dengan menggunakan tumbuhan Bauhinia sp. Pada percobaan pengaruh suhu, praktikan memberikan dua macam perlakuan yaitu meletakkan tumbuhan Bauhinia sp. pada lingkungan terik dan Bauhinia sp.) pada lingkungan teduh. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah dihitung perubahan volume air setiap 5 menit sekali selama 30 menit maka didapatkan rata-rata volume penguapan air di lingkungan teduh  pada interval 5 menit adalah 0,14 ml. Sedangkan, rata-rata volume penguapan air di lingkungan terik  pada interval 5 menit adalah 0,1 ml. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori. Ketidak sesuain ini dapat disebabkan adanya kurang teliti dari praktikan dalam mengamati perubahan volume yang terjadi pada setiap interval 5 menit.
            Menurut dasar teori Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama siar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur itu sudah tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak didalam ruang yang terbatas maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang terkurung di dalam daun.  Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
            Berdasarkan data rata-rata volume air yang menguap setiap interval 5 menit maka dapat diperoleh nilai laju tranpirasi pada tumbuhan Bauhinia sp di tempat teduh 3x10-5 sedangkan pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina)pada tempat terik 5x10-5. Sehingga dapat diketahui bahwa laju transpirasi berbanding lurus dengan rata-rata volume air yang menguap. Jika rata-rata volume air yang menguap banyak maka laju transpirasinya semakin lambat, sedangkan jika rata-rata volume air yang menguap sedikit maka laju transpirasinya semakin cepat. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Selanjutnya nilai laju tranpirasi pada tumbuhan Bauhinia sp. di tempat teduh 7,78x10-5 sedangkan pada tumbuhan Bauhinia sp.pada tempat terik 5,56x10-5. Sehingga dapat diketahui bahwa laju transpirasi berbanding lurus dengan rata-rata volume air yang menguap. Jika rata-rata volume air yang menguap banyak maka laju transpirasinya semakin lambat, sedangkan jika rata-rata volume air yang menguap sedikit maka laju transpirasinya semakin cepat. Hal ini sesuai dengan dasar teori.
            Percobaan ketiga yaitu dengan menggunakan tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina). Pada percobaan pengaruh jumlah stomata, praktikan memberikan dua perlakuan yaitu mengolesi dengan kuteks bening pada permukaan bawah dan permukaan atas daun untuk kemudian dihitung jumlah stomatanya dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun pacar air(Impatiens balsamina)yang diletakkan pada lingkungan teduh  adalah 12 stomata, sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun pacar air(Impatiens balsamina)adalah 35 stomata. Sehingga jika ditotal jumlah stomata daun pacar air(Impatiens balsamina)pada permukaan atas dan bawah adalah 47 stomata. Sedangkan untuk hasil pengamatan setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun pacar air(Impatiens balsamina)yang diletakkan pada lingkungan terik adalah 9 stomata, sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun pacar air(Impatiens balsamina)adalah 29 stomata. Sehingga jika ditotal jumlah stomata daun pacar air(Impatiens balsamina)pada permukaan atas dan bawah adalah 38 stomata. Jadi berdasarkan hasil tersebut maka jumlah stomata pada daun pacar air(Impatiens balsamina)yang ditempatkan pada lingkungan teduh lebih banyak di bandingkan dengan stomata pada daun pacar air(Impatiens balsamina)yang diletakkan pada lingkungan terik.
            Percobaan keempat yaitu dengan menggunakan tumbuhan Bauhinia sp. Pada percobaan pengaruh jumlah stomata, praktikan memberikan dua perlakuan yaitu mengolesi dengan kuteks bening pada permukaan bawah dan permukaan atas daun untuk kemudian dihitung jumlah stomatanya dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun Bauhinia sp. yang diletakkan pada lingkungan teduh  adalah 18stomata, sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun Bauhinia sp. adalah 24 stomata. Sehingga jika ditotal jumlah stomata daun Bauhinia sp. pada permukaan atas dan bawah adalah 42 stomata. Sedangkan untuk hasil pengamatan setelah dihitung jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun Bauhinia sp. yang diletakkan pada lingkungan terik adalah 8 stomata, sedangkan jumlah stomata pada permukaan bawah daun Bauhinia sp. adalah 10 stomata. Sehingga jika ditotal jumlah stomata daun Bauhinia sp. pada permukaan atas dan bawah adalah 18 stomata. Jadi berdasarkan hasil tersebut maka jumlah stomata pada daun Bauhinia sp. yang ditempatkan pada lingkungan teduh lebih banyak di bandingkan dengan stomata pada daun Bauhinia sp. yang diletakkan pada lingkungan terik.
            Menurut dasar teori jumlah stomata mempengaruhi dalam proses transpirasi. Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh sudut-sudut sel-sel penutup. Semakin banyak stomata yang dimiliki oleh daun maka rata-rata volume air yang diuapkan berpotensi dalam jumlah banyak sehingga laju transpirasi menjadi lambat. Sedangkan Semakin sedikit stomata yang dimiliki oleh daun maka rata-rata volume air yang diuapkan berpotensi dalam jumlah banyak sehingga laju transpirasi menjadi cepat.
            Percobaan kelima yaitu dengan menggunakan tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina). Pada percobaan perhitungan luas rata-rata daun pacar air(Impatiens balsamina). Pada perhitungan luas daun ini praktikan menggunakan metode kertas grafik yaitu dengan cara menjiplak ke lima daun pacar air(Impatiens balsamina) secara bergantian pada kertas grafik, untuk selanjutnya menghitung luas dengan cara menghitung banyaknya kotak yang terdapat pada gambar jiplakan. Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata luas daun pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina)yang ditempatkan pada tempat teduh adalah 69 cm2, sedangkan luas daun pada tumbuhan pacar air(Impatiens balsamina)yang diletakkan pada lingkungan terik adalah 39,3 cm2.
            Percobaan keenam yaitu dengan menggunakan tumbuhan Bauhinia sp. Pada percobaan perhitungan luas rata-rata daun Bauhinia sp. Pada perhitungan luas daun ini praktikan menggunakan metode kertas grafik yaitu dengan cara menjiplak ke lima daun Bauhinia sp. secara bergantian pada kertas grafik, untuk selanjutnya menghitung luas dengan cara menghitung banyaknya kotak yang terdapat pada gambar jiplakan. Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata luas daun pada tumbuhan Bauhinia sp. yang ditempatkan pada tempat teduh adalah 89,25 cm2, sedangkan luas daun pada tumbuhan  Bauhinia sp. yang diletakkan pada lingkungan terik adalah 96,25 cm2.
            Menurut dasar teori luas daun berpengaruh pada laju transpirasi dan rata-rata air yang menguap. Semakin luas permukaan daun maka dimungkinkan semakin banyak pula stomatanya sehingga jumlah traspirasi bisa berjalan lebih cepat. Sedangkan semakin sempit permukaan daun maka dimungkinkan jumlah stomata akan sedikit sehingga jumlah traspirasinya sedikit.
VI.   PENUTUP
6.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Proses transpirasi adalah Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
b.      Kecepatan penguapan air melalui transpirasi bergantung pada luas permukaan daun. Jumlah stomata dan volume rata-rata air yang menguap. Untuk luas permukaan daun, jika daun semakin luas maka laju transpirasi akan cepat dan sebaliknya. Untuk jumlah stomata, jika jumlahnya banyak dan rapat maka akan memperlambat laju transpirasi dan sebaliknya, namun jika jumlah stomatanya banyak dan letaknya berjauhan maka akan mempercepat laju transpirasi. Untuk volume rata-rata air yang diuapkan, jiaka volumenya banyak maka laju transpirasi akan lambat dan sebaliknya.
6.2  Saran
       Secara umum dalam praktikum ini dinilai sudah berjalan dengan lancar, sehingga tidak ada yang perlu kritik pada acara ini.

VII. DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
Lakitan,Benyamin. 2012. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: PT Gramedia.
Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.
Kimball, J.W. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Haryanti,Sri. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. Jurnal Vol  XVII. No.2 Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi F. MIPA UNDIP