Minggu, 08 Juni 2014

MENGHITUNG ERITROSIT DAN LEOKOSIT HEWAN POIKILOTERMIK DAN HOMOIOTERMIK



Description: Unej_Warna2 




LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
MENGHITUNG ERITROSIT DAN LEOKOSIT HEWAN POIKILOTERMIK DAN HOMOIOTERMIK







Oleh :
UMI FADILAH
110210103034
A












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013

I.     JUDUL     : Menghitung Eritrosit Dan Leokosit Hewan Poikilotermik Dan Homoiotermik
II. TUJUAN  : Menghitung eritrosit dan leokosit pada hewan yang tergolong poikilotermik dan homoiotermik
III.   DASAR TEORI
Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35 – 7, 45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar oksigen yang dibawa. Volume darah total 5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1999).
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Elemen seluler yang disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 50-70%, eosinofil 2-4%, basofil < 1%, limfosit 20-30% dan monosit 2-8% (Suripto, 2002). Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. NSel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002).
Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). Dallman dan Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah(Guyton, 1995).
          Jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000-3.000.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit ayam betina adalah 2.720.000 sel/mm3, jumlah eritrosit ayam jantan adalah 3.230.000 sel/mm3, jumlah eritrosit mencit normal adalah berkisar 4.000.000 - 6.000.000 sel/mm3. Jumlah normal leukosit pada mamalia adalah rata-rata 4.000.000 - 11.000.000 sel/mm3, jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3dan jumlah leukosit ikan adalah 20.000-150.000 sel/mm3. Sedangkan untuk jumlah leukosit tikus putih normal adalah 16.000 – 40.000 sel / mm3(Guyton, 1995).
          Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian dan keadaan stres. Banyaknya jumlah eritrosit yang banyak juga menunjukan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak akan memiliki eritrosit yang banyak karena akan mengkonsumsi banyak oksigen, sebab eritrosit berfungsi sebagai transport oksigen dalam darah (Leeson, 1990).
Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Jumlah sel darah merah pada wanita normal kira- kira 4,5 juta sel / mm3 darah. Sedangkan untuk laki- laki normal 5 juta / mm3 darah. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan (Kimball, 1999).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1995).
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Sel darah putih berperan dalam melawan infeksi (Kimball,1988).
     Leukosit dalam keadaan hidup tampak sangat berbeda dengan leukosit yang terlihat pada sajian apus kering.  Pada sajian irisan, leukosit tampak bulat seperti di dalam sirkulasi darah, tetapi diameternya lebih kecil dari pada dalam keadaan hidup akibat pengerutan.  Pada sajian apus sel-sel menjadi pipih dan tampak lebih besar daripada dalam keadaan hidup dan banyak struktur halus berubah atau rusak (Leeson, 1990).
            Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah tergantung pada spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, dan asam urat, kondisi lingkungan, musim, serta umur hewan.
Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit (Pearce, 1989). Turunnya jumlah protein mungkin dapat dijadikan media tambahan untuk menghentikan senyawa agar meningkatkan pemenuhan senyawa energi oleh ikan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang tidak Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCtS3gNoWVLFdn0qe8PdtiopDK0s9pzRwmmZTij1n2pGuRVqoAnxZARWphA73mQDDFjIzhsJaKW7casJypRaxh6r0ouMxvV0MnmrWZNiJMk-M6puTj3kt3mvtXERwJJIgYZjiK1WCz93d0/s400/Picture1.pngterlindungi dari racun (Ramesh,2008).
          Hematologi merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi digunakan sebagai petunjuk keparahan suatu penyakit. Perubahan hematologi dan kimia darah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat menentukan kondisi kesehatan hewan. Sel dan plasma darah mempunyai peran fisiologis yang sangat penting dalam diagnosis, prognosis, dan terapi suatu penyakit (Soetrisno,1987).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsJt8XibGeBn86m3OH93ry1SD0FF-2G4DBTcGl3dXo6TfeQcyC2LtrtWOfxBqOg6txqQ5Fof0ygRUUNPAIlGBc8ZgPoG_PtyIqeRwBHQ6T0UA4nfinagCXrKW3qCwy1v4MTjmVUuJVz1PH/s400/Picture3.jpgMetode pengukuran eritrosit, leukosit, dan kadar Hb. Cara menghitung eritrosit, dan leukosit sama kecuali larutan yang digunakan. Untuk pengukuran eritrosit digunakan larutan Hayem, untuk pengenceran eritrosit. Sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan menggunakan larutan Turk. Sebelum darah digunakan untuk percobaan, darah ditambah dengan larutan EDTA agar darah tidak mudah menggumpal(Darmadi,2009).
Hemositometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Hemasitometer pada mulanya diperuntukkan untuk menghitung sel darah, yang ditemukan oleh Louis-Charles Malassez. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan kaca. Luas total dari chamber adalah 9 mm2. Chamber tersebut nantinya akan ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber floor.Penghitungan konsentrasi sel pada hemasitometer ini bergantung pada volume dibawah coverslip. Pada chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut memiliki volume sebesar 0.0001 ml. Adapaun kotak yang paling kecil berfungsi untuk mempermudah perhitungan sel(Darmadi,2009).
Leukosit tinggi umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi
(Darmadi,2009).
Hewan
Eritrosit (dm3)
Leukosit (dm3)
Kadar Hb
Angka Hematokrit
ikan
1.265.000 x  10-3
14525 x  10-3
10 mg/dl
17% , 26 %
Ayam
695.000 x  10-3
1400 x  10-3
8,3 mg/dl
32% , 31%
Mencit
3.885.000 x  10-3
1650 x  10-3
7,8 mg/dl
63% , 68%
NB: 1 cc = 10-3
(Ramesh,2008).
IV. METODE PENELITIAN
     4.1 Alat dan Bahan:
a. Alat :
·            Mikroskop
·            Object glass
·            Gelas penutup
·            Pipet tetes
·            Seperangkat alat bedah
·            Hemositometer
b. Bahan :
·            Larutan hayem
·            Aquades
·            Hewan coba : Katak (hewan poikilotermik)
                                                       Tikus Putih (Hewan homoiotermik)
4.2 Prosedur Kerja
a.  Prosedur Kerja Untuk Kadal (Hewan Poikilotermik)











 




















b.   Prosedur Kerja Untuk Tikus Putih (Hewan Homoeitermik)





 





























Menyentuh ujung pipet pada ruangan udara homositometer dengan gelas penutupnya (hemositometer sudah disiapkan dibawah mikroskop)

 


 









IV.             HASIL PENGAMATAN
Kel
Hewan
Jumlah
Eritrosit
Leokosit
1.
Rattus sp.
900.000
900
2.
Rattus sp.
450.000
9.300
3.
Rattus sp.
10.400.000
7.500
4.
Kadal
1.010.000
10.500
5.
Kadal
1.580.000
15.350
6.
Kadal
1.310.000
20.800
 Keterangan : Eritrosit = ∑ sel x 5 x 10 x 200                
Leokosit = ∑ sel x 10 x 10
             4
VI. PEMBAHASAN
          Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan terkait penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit hewan Homoiotermik dan Polikilotermik. Dengan dilakukannya praktikum ini maka memiliki tujuan khusus yaitu agar praktikan mampu untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit pada hewan uji coba yang telah dipersiapkan. Adapun hewan uji coba yang akan dipakai adalah Kadal(kelompok hewan polikiloterm) dan Tikus Putih (kelompok hewan Homeotermik).
Pada perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit, praktikan secara khusus menggunakan beberapa alat yang teriri dari pipa Thoma dan Hemosytometer. Kedua alat ini memiliki peran masing-masing. Pipa Thoma yang digunakan dalam praktikum kali ini ada dua jenis, yaitu pipa Thoma putih dan Pipa Thoma Merah. Perbedaan antara pipa Thoma putih dan pipa Thoma merah terletak pada warna tempat penghisap pada pipa, warna butiran pengocok  yang ada didalam pipa Thoma. Jika warna penghisap pipa Thoma dan warna butiran pengocok juga merah, maka pipa Thoma itu digunakan untuk mengmbil eritrosit. Sedangkan, jika warna penghisap pipa Thoma dan warna butiran pengocok juga putih, maka pipa Thoma itu digunakan untuk mengmbil Leukosit. Dengan demikian maka secara khusus dalam praktikum ini pipa Thoma digunakan untuk mengambil darah dan sekaligus tempat pengenceran darah dengan metode hisapan kemudian kocokan. Selanjutnya, alat yang digunakan adalah Hemocytometer. Hemocytometer adalah alat utama dalam praktikum ini, karena dengan alat ini praktikan dapat menentukan dan menghitung jumlah sel darah. Hemositometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan kaca. Luas total dari chamber adalah 9 mm2. Chamber tersebut nantinya akan ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber floor. Pada chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut memiliki volume sebesar 0.0001 ml. Adapaun kotak yang paling kecil berfungsi untuk mempermudah perhitungan sel. Dalam praktikum ini, kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka kotak pengamatannya juga harus lebih besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan menyulitkan perhitungan.

Eritrosit = ∑ sel x 5 x 10 x 200
Keterangan :
Ne         : Jumlah SDM dalam 5 kotak (bilik hitung R)
P          : Besar pengenceran
50        : 1/Volume kotak R (4000) dibagi jumlah bujursangkar ( 5 kotak R = 80)
Sedangkan untuk menghitung jumlah Leukosit,praktikan terlebuh dahulu menentuan kotak besar yang berada di dekat kotak kecil tersebut. Caranya yaitu mengambil 4 kotak besar pada masing masing pojok kanan kiri atas dan bawah. Selanjutnya jumlah Leukosit dihitung dengan rumus berikut:

Leokosit = ∑ sel x 10 x 10
   4
Keterangan :
Nl        : Jumlah SDP dalam 4 kotak (bilik hitung W)
P          : Besar Pengeceran
2,5       : 1/ Volume kotak A (160) dibagi jumlag bujur sangkar (4 kotak)
Selanjutnya, untuk mendukung keberhasilan praktikum kali ini, maka praktikan menggunakan beberapa bahan-bahan kimia yaitu Larutan Hayem, Larutan Truck, Larutan Ether, dan Zat Koagulan. Bermacam-macam bahan yang digunakan ini, memiliki peran masing-masing. Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit lenyap. Komposisi larutan hayem adalah Natrium sulfat kristal (5,0 gram), natrium klorida (1,0 gram), merkuri klorida (0,5 gram) dan air suling (200 ml). Larutan Truck berfungsi untuk pengenceran, melisiskan eritrosit, dan mencegah koagulasi darah, selain itu larutan Turk berfungsi sebagai pewarna leukosit karena adanya gentian violet yang terkandung dalam larutan Turk tersebut. Larutan Ether berfungsi untuk membuat hewan percobaan lemas dan pingsan sehingga tidak merasakan sakit ketika dibunuh, kerja larutan Ether ini mirip dengan obat Bius. Selanjutnya adalah zat Koagulan,zat koagulan ini merupakan zat EDTA (natrium ethylen diamin tetra acetic acid) yang berfungsi mencegah penggumpalan darah.
Dalam praktikum ini ada beberapa perlakuan yang dilakukan oleh praktikan, diantaranya adalah praktikan melakukan penusukan dibagian pembuluh dekat jantung,hal ini bertujuan untuk mendapatkan sumber darah yang banyak untuk tahap perhitungan darah. Selanjutnya dilakukan penyedotan larutan Hayem untuk pipa Thoma merah (untuk eritrosit) dan penyedotan larutan Truck untuk pipa Thoma putih (untuk Leukosit), kemudian dilakukan Pengocokann secara Horizontal. Setelah darah dan larutan tercampur homogen maka dilakukan pengeluaran campuran sebanyak 2 tetes pada Tisuue, hal ini dilakukan agar dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah atau sel darah putih bukan larutan hayem atau larutan Truck saja. Dengan demikian maka masing masing sel darah dapat diletakkan di Hemositometer dan diamati dibawah mikroskop.
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh kelompok 1,2,3,4,5 dan 6 maka pada praktikum kali ini pada percobaan 1,2 dan 3 dengan menggunakan hewan uji yang sama yaitu Rattus sp. (Tikus Putih) memperlihatkan hasil bahwa jumlah eritrosit dari percobaan 1,2 dan 3 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Leukositnya, yaitu jumlah eritrosit pada percobaan 1 adalah 900.000 serta leukositnya adalah 900. Percobaan 2 menghasilkan data jumlah eritrosit sebanyak 450.000 dan leukosit sebanyak 9.300. sedangkan pada percobaan 3 menghasilkan data jumlah eritrosit sebanyak 10.400.000 dan leukositnya sebanyak 7.500. hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700. Selanjutnya menurut dasar teori yang lain, jumlah eritrosit Tikus putih adalah berkisar 4.000.000-6.000.000 sel / mm3 ,dengan demikian maka perhitungan yang paling menekati adalah 10.400.000 sedangkan yang paling jauh adalah 450.000. Hal ini dikarenakan karena pada saat perhitungan eritrosit pada kelompok 2 ada beberapa kesalahan yaitu kotak Hemositometer yang dihitung adalah salah dalam hal posisinya, sehingga menyebabkan jumlah eritrosit sedikit. Sedangkan untuk jumlah leukosit tikus putih normal adalah 16.000 – 40.000 sel / mm3 menurut dasar teori, sehingga data yang didapat dalam perhitungan leukosit dalam praktikum ini adalah dibawah jumlah leukosit normal.
Selanjutnaya untuk percobaan berikutnya adalah percobaan 4,5 dan 6 dengan menggunakan hewan uji Kadal. Kadal merupakan kelompok hewan polikilotermik. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah eritrosit pada percobaan 4,5 dan 6 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Leukositnya, yaitu jumlah eritrosit pada percobaan 4 adalah 1.010.000 serta leukositnya adalah 10.500. Percobaan 5 menghasilkan data jumlah eritrosit sebanyak 1.580.000 dan leukosit sebanyak 15.350. sedangkan pada percobaan 6 menghasilkan data jumlah eritrosit sebanyak 1.310.000 dan leukositnya sebanyak 20.800. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700. Selanjutnya menurut dasar teori yang lain, jumlah eritrosit Kadal adalah berkisar 50.000 – 3.000.000 sel / mm3 ,dengan demikian maka perhitungan yang paling mendekati adalah 1.580.000 sedangkan yang jauh dibawah angka normal adalah 1.010.000. Sedangkan untuk jumlah leukosit kadal normal adalah 20.000-150.000 sel / mm3 menurut dasar teori, sehingga data yang didapat dalam perhitungan leukosit dalam praktikum ini memiliki kemiripan jumlah dengan jumlah normal eritrosit pada dasar teori yaitu 20.800 perhitungan ini diperoleh dari percobaan ke 6. Sedangkan untuk hasil percobaan yang lain menunjukkan nilai dibawah jumlah normal namun sedikit mendekati.
Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri. Menurut dasar teori hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah.
Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit (Pearce, 1989). Menurut Ramesh (2008), turunnya jumlah protein mungkin dapat dijadikan media tambahan untuk menghentikan senyawa agar meningkatkan pemenuhan senyawa energi oleh ikan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang tidak terlindungi dari racun.
Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling, peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga volume darah yang diambil tidak sesuati dengan skala yang ditentukan, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada haemacytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet toma yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam penyedotan darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari terdapat alkohol yang belum kering sehingga membuat darah yang keluar cepat beku, terdapat air pada pipet toma yang baru dibersihkan.

VII. KESIMPULAN
          Berdasarkan hasil pengamatan maka hewan polikilotermik dan homeotermik memiliki jumlah eritrosit dan leukosit yang berbeda. Pada dasarnya hewan polikiloterm memiliki jumlah eritrosit dan leukosit lebih kecil dibandingkan dengan jumlah eritrosit dan leukosit dari hewan homeoterm. Pada tikus putih normal jumlah eritrositnya 4.000.000-6.000.000 sel / mm3 dan leukositnya adalah 16.000 – 40.000 sel / mm3. Sedangkan pada hewankadal memiliki jumlah eritrosit 50.000 – 3.000.000 sel / mm3  dan jumlah leukosit 20.000-150.000 sel / mm3 perbedaan jumlah eritrosit dan leukosit dipengaruhi banyak faktor.

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book of Physiology. Japan : St Burst The Moshy Co Toppon Co Ltd.

Dallman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta : UI Press.

Darmadi. 2009. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele  (Clarias gariepinus). Bandung:Marine Science Padjadjaran University

Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Philadelphia.:Lea and Febiger.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:UGM Press.

Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. Toronto: W. B. Saunders Company Philadelphia London.

Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Jakarta :Penerbit EGC.

Kimball, J.W. 1988. Biologi. Jakarta.:Erlangga

Kimball, Jhon W. 1999. Biologi. Jakarta.:Erlangga

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ramesh, M. et al, 2008. Haematological and Biochemical Response in a Freshwater Fish Cyprinus carpio Exposed to Chorlpyrifos. International journal of Integrative Biology. India.

Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. New York: Harper Collins Publisher.

Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed.

Suripto. 2002. Fisiologi Hewan.Bandung:ITB.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar